[Drabble-Mix] Côté Obscur

Côté Obscur

.

Crime, family, romance, friendship, angst, sad || Drabble-Mix || PG-17

.

Pentagon’s Wooseok as main cast

.

© 2016 by Gxchoxpie

.

Based on: “GORILLA” by Pentagon

.

I only own the plot

.

== HAPPY READING ==

.

.

.

[1]

“But still, the victory is mine.”

Wooseok melangkah dengan sebuah nampan berisi jus jeruk pada tangannya. Dengan sopan ia mengetuk pintu kamar kakaknya. Beberapa meter di depan, tampak sang kakak sedang sibuk di meja kerja dengan lembar kertas berserakan.

“Kakak sedang apa?” tanya Wooseok seraya menaruh gelas di meja.

“Menghitung seluruh aset ayah yang akan diwariskan.”

“Ah … Tapi setidaknya minumlah dulu jus buatanku ini, Kak.”

Kakaknya menghabiskan jus dalam empat tegukan penuh. Setelah itu, Wooseok perlahan berjalan ke luar.

BRUKK!!

Suara terjatuh di belakang. Langkah Wooseok terhenti. Tampak kakaknya tergeletak di lantai dengan mulut berbusa.

Wooseok tersenyum miring. “Istirahatlah, Kak. Sekarang semua aset ayah akan jatuh padaku.”

***

[2]

“I’ll do whatever you want.”

Pisau berlumuran darah itu menjadi saksi bisu atas kecekatan tangan Wooseok dalam membelah dada ibu kandungnya. Hanya bermodalkan pisau dapur serta cutter, Wooseok tak ada bedanya dengan surgeon yang sedang membedah jantung.

Dalam lima belas menit, organ vital itu berhasil dikeluarkan.

Masih dengan tangan penuh cairan merah, Wooseok mengambil ponselnya, lalu mengirim sebuah pesan singkat.

To: My Love

Aku berhasil mendapat jantungnya.

Balasan datang setengah menit kemudian.

From: My Love

Bagus. Bawa ke rumahku, barulah aku mau menikahimu.

***

[3]

“Is that curiosity that passed over your face?”

Meski terkungkung dalam sebuah gudang kecil, tak secuil pun belas kasih Wooseok tumbuh terhadap sahabatnya. Maaf saja, kali ini pekerjaan lebih penting dari persahabatan. Kalau misi ini gagal, sumber penghasilannya hilang.

“Kumohon … Maafkan aku … “

Pria itu bahkan bersimpuh di kaki Wooseok, tetapi ekspresinya tak berubah.

“Kau tahu, kan, kata itu tak berpengaruh untukku?”

Wooseok mengambil tiga langkah ke belakang, sebelum kemudian mengarahkan pistol FN-FNP45-nya pada kening sang sahabat.

DOR!

Suara tembakan itu menggema. Kemudian, tubuh di hadapannya itu tergolek, tak bernyawa.

“Kerja bagus, tuan Jung.” Sebuah suara terdengar dari bluetooth headset-nya. “Kemarilah ke markas, aku akan memberi upahmu.”

***

[4]

“I’m zoning out, I’m zoning out.”

Menyandarkan kepala pada dinding sel yang dingin, sejuta godam penyesalan menghantam Wooseok. Mengapa bisa-bisanya ia membunuh ayahnya sendiri? Orang terkasihnya, mengapa bisa terbunuh dengan tangannya, sementara ibu tiri yang ingin ia lenyapkan malah selamat?

Masih terngiang teriakan wanita iblis itu sesaat setelah Wooseok keluar menyerahkan gelas berisi teh mautnya. Bahkan sosok ayahnya yang tergeletak tak sadarkan diri dengan mulut berbusa masih tergambar jelas.

Air matanya keluar, seraya frasa maaf terucap berulang-ulang.

Pintu sel terbuka, kemudian seorang sipir masuk.

“Wooseok-ssi, kemari. Ikut saya menuju tempat eksekusimu.”

Dengan lunglai Wooseok berdiri. Inilah akhir hidupnya. Ironis, ia bahkan belum sempat melihat makam ayahnya.

Ayah … maafkan aku.

-fin-