[Vignette] Les Adieu

moodmarkhospital.jpg

LES ADIEU

.

Family, Sad, Angst || Vignette || General

.

Starring
NCT’s Mark, OC’s  Jessica Lee
with
NCT’s Taeyong

.

“Mengapa malah ia yang pergi terlebih dahulu?”

.

© 2017 by Gxchoxpie

.

I only own the plot

.

Big thanks to Dyvictory for the moodboard

.

== HAPPY READING ==

.

.

.

Jessica Lee memasuki ruang tamu sambil membawa segelas air putih di tangannya. Pandangan matanya tertumbuk pada seorang anak laki-laki yang sedang asyik dengan iPad hitam. Saking asyiknya, sepertinya lelaki yang lebih muda dua tahun darinya itu tidak menyadari keberadaan Jessica.

Lelaki itu adalah Mark Lee, adik dari Jessica.

Jessica mengeluarkan botol kecil berisi beberapa pil berwarna putih, lalu meletakkan gelas serta botol tersebut di meja di hadapan Mark.

“Sudah minum obat?” tanya Jessica.

Mark menggelengkan kepala. “Belum,” jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangan dari iPad.

Gadis itu mengeluarkan dua butir pil berwarna putih ke tangannya. “Kok belum? Sudah jam berapa sekarang? Sudah jamnya minum obat, kan?”

Mark menekan tombol pause yang ada di ujung kanan atas iPad, kemudian melemparkan tatapan tajam pada kakaknya. “Mark nggak mau minum obat.”

Jessica mengerjapkan alisnya dua kali, mencoba mencerna kata-kata adiknya. “Ngaco kamu. Kamu mau kolaps seperti waktu itu? Kamu, kan, sudah tahu hidup kamu itu bisa dibilang bergantung sama obat-obatan ini. Sudah, tidakusah banyak tingkah. Minum obat ini lalu kamu boleh lanjut main. Simpel, kan?”

Mark meletakkan iPad-nya di sofa lalu berdiri, menatap Jessica yang sudah kalah tinggi darinya. “Justru karena itu, Kak, makanya Mark nggak mau. Mark capek harus terus menerus minum obat, terus menerus ke rumah sakit untuk kemoterapi dan kontrol, nggak bisa olahraga sama teman-teman dan bahkan harus keluar dari sekolah karena penyakit ini. Mark jenuh, Kak Jess. Mark juga ingin merasakan kehidupan seperti orang normal lainnya ….”

“Dan membiarkan kamu kolaps begitu saja?” balas Jessica dengan nada suara meninggi. “Nggak bisa, Mark. Kakak nggak bisa dan nggak mau. Kamu tahu bagaimana takutnya kakak waktu lihat kamu pingsan di kamar mandi?”

Untuk sesaat, Mark terdiam. Ia tidak membantah ketika Jessica kembali menyodorkan obatnya. Namun setelah meneguk dua butir obat itu dengan bantuan air putih, ia kembali berujar, ”Lain kali kalau kakak lihat Mark pingsan, diamkan saja, Kak. Tidak perlu Kakak tolong. Oke?”

Jessica mendelik. “Maksud kamu?”

“Mark, kan, sudah bilang, Mark sudah capek hidup seperti ini terus. Lagipula kata dokter Mark nggak akan bisa sembuh total, kan? Jadi buat apa Mark minum obat-obat ini lagi?” Mark menyunggingkan sebuah senyum, senyum yang Jessica tidak dapat terka maknanya. “Selain itu, Mark juga penasaran siapa yang sedih kalau Mark sudah nggak ada.”

Jessica membisu, seraya kelenjar air matanya mulai bekerja, memburamkan pandangannya. Ini sudah tahun ketiga sejak adik satu-satunya itu divonis terkena kanker darah. Mark yang selama ini gemar berolahraga harus mengurangi kegiatannya agar tidak terlalu lelah. Setiap hari Mark harus meminum bermacam-macam obat, telat sedikit akibatnya fatal. Bahkan Mark terpaksa harus meninggalkan sekolahnya karena penyakitnya yang makin parah. Jessica sangat paham kejenuhan yang dirasakan adiknya.

Gadis itu melingkarkan lengannya di sekeliling leher Mark, membawa adiknya dalam pelukan. Tanpa bisa dicegah satu per satu butiran air mata Jessica berjatuhan, seolah merasakan rasa frustrasi yang sama dengan yang Mark rasakan. Jessica mengelus lembut rambut adiknya, mencoba menghentikan isakan Mark yang rupanya ikut menangis.

“Mark harus sembuh,” bisik sang gadis di sela-sela isakannya. “Mark harus punya semangat untuk sembuh. Mark nggak boleh menyerah. Kalau kakak saja nggak mau menyerah memberi obat setiap hari untuk Mark dan terus mengantar Mark ke rumah sakit, berarti Mark juga harus mau sembuh. Mark harus hidup. Oke?”

***

Deringan telepon membuat Jessica yang sedang menyetir harus mengaktifkan bluetooth earphone-nya. Netranyasempat melirik sejenak nama yang tertera pada perangkat telepon di dashboard mobil. Rupanya, sang adik lelaki yang menelepon.

“Oh, Mark. Ada apa?” ujar Jessica

Terdengar suara menyerupai sengalan di ujung telepon, diiringi dengan rintihan samar. “Kak Jess …. Kak Jess ….”

Mata Jessica membulat. Seketika ia menepikan mobil agar dapat berkonsentrasi menerima telepon. “Halo? Halo Mark? Kamu kenapa, huh? Kamu nggak apa-apa?” Nada suaranya terdengar panik.

“Kak Jess … Kakak simpan obat Mark dimana?” Mark menarik napas panjang sejenak. “Obat yang di laci kamar … sudah habis, Kak. Perut Mark sakit …. Mual …. Rasanya seperti mau muntah ….”

“Huh? Sudah habis?” gadis itu makin panik. Mendengar Mark yang merintih seperti itu membuat Jessica tidak bisa berpikir jernih. Ditambah lagi dengan berita bahwa obat adiknya sudah habis. Kalau Mark merasa mual seperti itu, artinya penyakitnya sedang kambuh, dan ia benar-benar membutuhkan obat tersebut. Telat sedikit, mungkin Jessica akan menemukan pemandangan yang sama dengan yang ia lihat di kamar mandi duaminggu yang lalu.

“Oh! Di lemari! Ya, obatnya di lemari,” ujar Jessica akhirnya setelah akal sehatnya kembali. “Aduh! Kakak lupa! Kunci lemari kakak bawa ….” Jessica memukul stir, kesal pada dirinya sendiri. “Tunggu sebentar ya, Mark. Tahan, ya? Kakak nggak lama lagi akan sampai, mungkin sekitar lima menit lagi. Kamu tahan ya, sayang …. Oke?”

Mark meringis sekali lagi. “Oke …. Cepat ya, Kak,” ujarnya lemah sebelum akhirnya Jessica memutuskan sambungan.

Gadis itu buru-buru menyalakan mesin mobilnya dan langsung tancap gas saat itu juga. Sepertinya ia terlalu terfokus pada adiknya yang menunggu di rumah sampai ia tidak menyadari truk dari arah samping yang melaju dengan kencang.

***

Susah payah Mark membuka kedua netranya, seakan itu adalah pekerjaan tersulit baginya. Hal pertama yang ia tangkap adalah ruangan serba putih, sebelum akhirnya aroma rumah sakit menusuk indra penciumannya.

“Kamu sudah bangun?” Sebuah suara bariton berujar.

Mark menoleh ke samping, disambut dengan sepupunya, Lee Taeyong, yang menatapnya khawatir.

Hyung ….” ucap Mark serak. “Kapan hyung ke sini? Kak Jess dimana?”

Mark sedikit bingung ketika mendapat sinar Mata Taeyong yang perlahan meredup, digantikan dengan bulir-bulir air mata yang kini mulai berjatuhan. “Hyung, ada apa?” tanyanya.

Taeyong meraih tangan Mark, lalu meremasnya lembut, bagai ingin memberi kekuatan pada adik sepupunya. “Janji pada hyung kalau kamu nggak akan nangis, ya,” ujar Taeyong yang malah membuat Mark makin bingung.

“Kakak kamu kecelakaan,” Taeyong memulai ceritanya. “Sepertinya dia menyetir dengan tidak konsentrasi, sampai tidak menyadari kalau ada truk yang menabraknya.”

Dwimanik Mark mengerjap, mencoba mencerna kata-kata Taeyong. Mendadak dadanya terasa sakit. Bukan sakit seperti yang ia rasakan ketika penyakitnya kambuh, tetapi rasa sakit kehilangan.

Secuil harapan kecil muncul di hatinya, yang membuat Mark berani bertanya, walau ia sendiri tidak yakin siap mendengar jawabannya.

“Sekarang, Kak Jess dimana?”

Taeyong tidak menjawab. Ia malah meraih Mark dalam rangkulannya, kemudian menepuk-nepuk punggungnya.

Mark membisu. Mulutnya ingin berkata-kata, tetapi tenggorokannya bagai tercekat. Setetes kristal bening mulai turun dari maniknya, disusul butiran kristal lainnya. Melihat apa yang Taeyong lakukan padanya, Mark bisa mengambil kesimpulan apa yang terjadi.

“Kak Jess sudah pergi duluan, ya, kan, hyung?”

Taeyong hanya bisa mengangguk di sela-sela isakan yang ia tahan.

Anehnya Mark tidak menangis. Ralat, ia tidak terisak. Ia hanya tidak bisa mencegah air matanya untuk berhenti bekerja.

“Kok Kak Jess pergi nggak bilang-bilang, hyung?” celetuk Mark, suaranya bergetar. “Padahal selama ini kak Jess yang paling cerewet menyuruh Mark minum obat, paling rajin mengantar Mark ke rumah sakit, dan yang selalu memberi semangat supaya Mark sembuh, supaya Mark hidup. Tapi kenapa Kak Jess malah pergi duluan, hyung? Malah meninggalkan Mark?”

Melihat kakak sepupunya yang tidak merespon apa-apa, Mark melanjutkan kata-katanya.

Hyung, Mark boleh, nggak, pergi juga, menyusul Kak Jess?”

 

-fin-

8 thoughts on “[Vignette] Les Adieu

  1. Nyeseeeek, gece ah kamu hayo ini tanggung jawab. Idenya udah sering, tapi kok aku bacanya baper banget. Karakternya Marknya itu loh.

    Btw, aku ga kenal sama sekali sama anak NCT kecuali Taeyong jd yg kebayang di otakku si imut2 Leo Hello Baby MBLAQ haha

    Mau menambahkan sedikit, kalau kata ‘nggak’/’enggak’ itu ga perlu diitalic, soalnya dia masuk kbbi sebagai kata baku. Coba dicek deh. Cmiiw

    Like

    • wahahahahah kak qiel kebawa baper jugaaa 😀
      oalaaaah…. boleh lah kak dibayangin gitu jg (walau aku ndak tahu siapa yang kakak maksud hahahaha ntar kucari di gugel deeh)
      oh ya kak? wah.. berarti app KBBI V yg kudonlot kurang lengkap euy, soalnya kmrn justru sblm post aku iseng dulu cari di situ, eh kata nggak belum masuk gitu.. jd kupikir masih nggak baku…. makasih kak qiel utk koreksinya dan makasih sudah berkunjung 😀

      Like

  2. Huwaaaa aku bacanya sambil naik ojeg /plak /gapatut dicontoh/ tapi ngena ih 😦 aduh enak kali ya kalo punya kakak macam kak jess. Tapi gamau penyakitan aku nya 😦 Teyong keluarnya bentar ya secuil banget 😦

    Like

  3. Kakceeeeeeeee kakceeeeeee kakceeeeeeeeeee……. TT^TT KAKCEEE YA AMPUN ITU ENDINGNYA KENAPA MARK BILANG KAYA GITU???? harapan apa lagi yang bisa bikin kamu semangat buat hidup, Mark? Katakan!

    Ya—astaga yaampun kakceeee nyesek bangeeettt asliiiiii……. Gatau aku yg lagi mode mark lee ingin kujadikan pendamping hidup (apasihdon) atau emang dari awal ini ceritanya nyesek sampe akhir…….. Tapi serius, aku ndak tau dan ndak kepikiran kalo Mark bakal hidup sampe akhir, padahal aku udah nyiapin batin kalo2 mark ini bakal pergi untuk selamanya…..entah kenapa…… Tapi waktu tau yg meninggal itu kakaknya, itu udah ngerasa lega…. Kayak ‘wah mark selamat’ terus endingnya mark bilang mau jemput kak jess itu, kenapa nyeseknya balik lagi kakceeeeee TT.TT

    Dah aku ndak bisa komen pake kata2….. Pokoknya ini keren abissss!!!!!! Endingnya gantung tapi bisa bikin TERTOHOK HINGGA KE DALAM RELUNG HATI YANG PALING DASAR! Keep writing kakcee!! Salam hangat dari dd don cimit kesayangan mark lee—tapi bohong ehehehehe lafflafff ❤️❤️❤️❤️😘😘😘😘😘

    Like

How does it taste?