[Oneshot] Just One Day

Processed with VSCO with a6 preset

JUST ONE DAY

.

Romance, Hurt-comfort || Oneshot || PG-17

.

Starring
Monsta X’s Hyungwon, ashyry‘s OC Chae Hyunmi

.

“Untuk hari ini saja, aku ingin bersikap egois, Hyunmi-ya.”

.

© 2017 by Gxchoxpie

.

I only own the plot

.

== HAPPY READING ==

.

.

.

Hari Sabtu pagi. Meski itu adalah akhir pekan, namun bukan menjadi alasan untuk bermalas-malasan. Dalam kamus Chae Hyunmi, tak ada istilah boleh bangun siang apabila hari libur. Baik ada ataupun tiadanya kegiatan yang harus ia kerjakan saat weekend, Hyunmi akan setia dengan jam bangun rutinnya. Pukul enam atau setengah tujuh pagi. Lalu mandi dan sarapan dengan keluarga, seperti biasa. Bagaimana ia mengisi waktu-waktu setelahnya, itu urusan belakangan.

Begitu pula dengan pagi ini. Hyunmi baru saja selesai mandi pagi. Rambutnya yang kecoklatan terlihat basah tanda ia keramas. Hyunmi pun mendudukkan diri di tempat tidur, dengan tangan masih asyik mengeringkan rambut menggunakan handuk. Dalam otaknya telah tersusun rencana untuk beberapa waktu ke depan. Ia akan menyelesaikan dua novel romansa yang ia beli dua hari lalu.

Tepat saat sang gadis telah duduk manis hendak menenggelamkan diri dalam dunia khayal, ponsel yang ia letakkan di atas paha bergetar. Mau tidak mau atensi Hyunmi teralih untuk sesaat. Ia melihat layar ponsel, siapa gerangan yang menelepon.

Chae Hyungwon.

Hyunmi menghela napas. Sudah cukup lama rasanya sejak terakhir mereka bertemu. Terakhir adalah saat hari ulang tahun keduanya. Setelah itu Hyungwon hanya memberi kabar sesekali pada kedua orangtua, yang membuat Hyunmi harus merasa puas – setidaknya lelaki itu masih hidup.

Butuh lima detik bagi Hyunmi untuk dapat mengangkat panggilan tersebut.

“Oh, Hyungwon-ah.”

“Kau di rumah?” Suara di seberang bertanya.

“Mmm-hmm.”

“Mama dan Papa ada di rumah?”

“Mmm-hmm.”

“Kau atau kalian ada acara hari ini?”

Hyunmi menggumam untuk beberapa saat, seraya otaknya berusaha mengingat. “Rasanya tidak ada.”

“Bagus. Temui aku di bawah sekarang. Pastikan kau mengenakan baju pergi yang nyaman dan bawalah mantelmu.”

“Eh?” Dwimanik Hyunmi membulat. “Kau di sini?”

“Cepat turun.”

Hyunmi pun mengangguk. “Eng … baiklah. Tunggu aku sekitar lima menit lagi.”

KLIK!

Gadis Chae itu tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaannya sekarang. Gejolak di hatinya jelas-jelas mengisyaratkan bahwa ia sedang senang, namun masih belum jelas apakah rasa senang itu disebabkan karena Hyungwon sang kembaran sedang berkunjung ke rumah atau Hyungwon sang kekasih sedang menjemputnya.

Yang jelas, Hyunmi enggan berlama-lama. Dengan setengah tergesa dikenakannya kaus lengan panjang bergaris serta celana jeans hitam panjang. Rambutnya yang masih seperempat basah dibiarkannya tergerai, namun ia tak lupa membawa karet rambut seandainya nanti ia hendak merapikan surainya. Terakhir, ia menyambar mantel terdekat yang tergantung di kamarnya.

Begitu ia membuka pintu rumah, senyum tipis Hyungwon menyambut.

“Maaf menunggu lama,” ujar Hyunmi.

“Tak masalah. Malah kau datang lebih cepat dari yang kuperkirakan. Kukira gadis-gadis akan berdandan lama.”

Mendengarnya, senyum tipis Hyunmi pun terulas.

Hyungwon membawa gadis itu menuju mobil yang terparkir di depan rumah, bahkan layaknya seorang gentleman, Hyungwon membukakan pintu depan untuk Hyunmi.

“Tadinya aku ingin menyombongkan diri dan berkata bahwa ini adalah mobil hasil kerja kerasku,” tukas Hyungwon seraya mengenakan sabuk pengaman. “Tapi, tidak. Ini mobil Jooheon, kalau kau bertanya. Lebih tepat lagi mobil kakaknya Jooheon.”

Tawa kecil Hyunmi pun lepas.

“Kau sudah sarapan, Hyunmi-ya?”

Hyunmi mengangguk. “Sudah. Kau tahu aku tak bisa memulai hari tanpa sarapan, kan?”

“Tidak juga. Kita, kan, tidak pernah tinggal bersama. Ingat?”

Sang dara menunduk. Ah, benar juga.

Mobil Hyungwon pun tancap gas, beranjak dari tempat mereka berada dan mulai melengang di jalanan. Musik lawas yang diputar melalui audio player mobil mengiringi perjalanan mereka. Sesekali kedua saudara kembar itu ikut bersenandung atau memetik jari sesuai dengan irama.

“Omong-omong, kita mau kemana, Hyungwon-ah?” Hyunmi menjadi pihak pertama yang kembali memulai konversasi.

Hyungwon tak mengalihkan pandangannya dari jalan raya. “Aku mau menculikmu?”

“Eh?”

“Serius!” balas Hyungwon. “Aku hendak menculikmu. Seharian ini, kau ditawan. Kau tidak boleh pergi kemana pun. Kau hanya boleh berada di sisiku. Kau milikku.”

Mwoya ….” Gadis itu geli dengan konsep yang Hyungwon ucapkan. Tapi tak ayal ia menganggap itu kreatif. “Dalam rangka apa?” tanya Hyunmi.

Tepat saat itu mobil berhenti karena lampu merah. Saat itulah Hyungwon menggunakan waktu untuk menatap kedua netra Hyunmi lembut. “Untuk hari ini saja, aku ingin bersikap egois, Hyunmi-ya. Aku ingin melupakan kenyataan bahwa kita adalah saudara satu darah, dan menikmati hari ini seperti sepasang kekasih. Hari ini, aku tak akan memperlakukanmu seperti seorang kakak mengasihi adiknya, tetapi seperti seorang pria yang mencintai kekasihnya.”

“Kau tidak keberatan, kan?” lanjut Hyungwon.

Belum sempat Hyunmi menjawab, kembarannya sudah terlebih dulu kembali berkonsentrasi pada jalan raya, sebab lampu hijau menyala. Hyunmi mendesah. Kenyataan memang kenyataan, namun sama seperti Hyungwon, ada kalanya ia tidak mau memikirkan fakta menyakitkan tersebut. Ia mencintai Hyungwon, dan hatinya telah terpaut pada pria itu.

Jadi, Hyunmi pun berucap, walau dalam suara kecil yang sangsi akan Hyungwon dengar.

“Tentu saja tidak.”

***

Kedua saudara Chae tersebut memutuskan untuk menjadikan mall sebagai destinasi pertama mereka. Ketika mereka tiba, belum banyak pengunjung karena itu baru jam awal mall beroperasi. Namun secara umum toko-toko sudah memulai waktu pelayanan mereka.

Sebenarnya, baik Hyunmi ataupun Hyungwon tak punya maksud tertentu dari mengunjungi mall. Tak ada yang memiliki rencana untuk membeli baju baru atau asesoris. Namun keduanya tetap merasa bahagia. Sekedar menelusuri lorong demi lorong pusat perbelanjaan dengan tangan yang saling mengait mampu menghadirkan senyuman di kedua bibir mereka. Sesekali pasangan tersebut mengomentari baju-baju serta asesoris yang terpajang, lalu tertawa bersama. Tak masalah; bahagia tak selalu berarti harus mengeluarkan kocek.

Walau kencan mereka di pusat perbelanjaan berakhir dengan Hyungwon membelikan sepasang anting logam berliontin bintang.

Acara makan siang diisi dengan mengunjungi kedai pizza. Hyunmi yang membujuk Hyungwon untuk mentraktirnya makanan barat sebab ia mengeluh bosan dengan makanan Korea yang sudah sering dibuatkan oleh sang ibu. Awalnya Hyungwon menolak, namun apa daya, ia tak mampu menahan diri dari suara-suara memohon yang sengaja dibuat Hyunmi seimut mungkin.

Baiklah, Chae Hyunmi. Kau menang.

***

“Setelah ini kita akan ke mana, nona Chae?” Hyungwon bertanya seraya memundurkan mobilnya, hendak tancap gas dari lapangan parkir kedai pizza.

Hyunmi berpikir sejenak, namun tak ada satu ide pun yang muncul dalam benaknya. Sejujurnya, ia senang dibawa ke mana pun, selama Hyungwon ada di sisinya.

“Terserahmu saja, tuan Chae,” sahut Hyunmi.

Pada akhirnya destinasi mereka berikutnya adalah bioskop di pusat kota, sebab Hyungwon berkata ingin melihat film action terbaru yang Jooheon sering bicarakan. Hyunmi sempat tidak setuju, karena ia bukan tipikal gadis yang menyukai film action – terlalu banyak kekerasan membuatnya merasa tidak aman. Namun ketika Hyungwon berjanji bahwa semuanya akan baik-baik saja, rasa takutnya memudar.

Saking takutnya, tanpa sadar Hyunmi mencengkram erat lengan saudaranya saat memasuki ruang menonton.

“Ada apa?” tanya Hyungwon sambil tersenyum geli.

“Gelap sekali. Aku takut.”

Ckckck.” Hyungwon mendecakkan lidah. “Kita baru menonton film action dan kau sudah ketakutan seperti ini. Bagaimana kalau kita menonton film horor kelak?”

Kedua mata Hyunmi seketika membola. Ditatapnya sang pria Chae tajam. “Jangan pernah punya ide untuk mencobanya, Hyungwon-ah!”

Arasseo … arasseo.”

Sekitar sepuluh menit kemudian, film pun dimulai. Pada awalnya, semua berjalan baik-baik saja. Dua tokoh utama tampak sedang menjalani kehidupan perkantoran, dan aspek romansa yang ditampilkan masih terlihat jelas. Semuanya terlihat manis di awal.

Memasuki pertengahan film, konflik dimulai, begitu juga dengan pertarungan. Adegan tembak-menembak datang silih berganti, diiringi dengan suara debuman yang keras dan efek darah memuncrat. Pekat dan mengerikan. Kebencian dan amarah dilawan dengan senjata. Memakan banyak korban jiwa.

Hyunmi sepertinya terlalu terpaku ketika menatap layar. Ia meringis begitu melihat adegan menyeramkan, bahkan menghambur ke lengan Hyungwon dan menyembunyikan wajah tatkala sebuah scene yang amat menakutkan terpampang di layar.

Hyungwon menepati janjinya. Ia melingkarkan lengannya yang bebas di bahu Hyunmi, lalu menepuk pundak gadis tersebut. Tangannya juga bergerak untuk mengelus surai kecoklatan Hyunmi lembut. “Tidak apa-apa. Tuh, adegan seramnya sudah selesai.”

Tak bisa Hyunmi pungkiri, sentuhan serta kata-kata lembut dari Hyungwon membuat rasa amannya perlahan kembali. Ia mengangkat wajahnya, dan mulai kembali menikmati film.

Bahkan Hyungwon tampak tak keberatan ketika gadis itu menyandarkan kepalanya pada lengannya, dan itu membuat Hyunmi senang.

***

Hari sudah menjelang sore ketika dua saudara Chae itu meninggalkan bioskop. Kembali lagi, ketika Hyungwon bertanya ke mana destinasi mereka selanjutnya, Hyunmi hanya menggeleng dan mengatakan bahwa ia menyerahkan semuanya pada sang pemuda selaku pembuat acara. Jawaban gadis itu membuat Hyungwon tertawa.

“Apa kau lelah, Hyunmi-ya? Mau pulang?”

Pertanyaan tersebut untuk sesaat membuat Hyunmi terkesiap. Oh? Apakah acara kencan mereka sudah berakhir? Secepat ini? Jujur saja, Hyunmi masih ingin menikmati kebersamaan mereka lebih lama lagi.

Namun begitu mendengar kata-kata Hyungwon selanjutnya, Hyunmi pun bernapas lega.

“Sebab aku hendak mengajakmu ke suatu tempat.”

“Ke mana?”

Hyungwon merapikan sejenak poninya pada spion mobil. “Ke taman rekreasi. Masih belum terlalu sore, kan, untuk pergi ke sana?”

Sang dara Chae mengernyitkan kening. “Untuk apa?”

Roller coaster. Kau mau, kan?”

Well, Hyunmi bukanlah gadis yang sangat penakut yang sampai menghindari wahana ekstrim dalam taman rekreasi. Bahkan terus terang saja, ia suka mengunjungi tempat seperti itu. Apalagi, hari ini ia akan menaikinya bersama Hyungwon – orang yang ia cintai. Hyunmi pikir sensasi yang ia rasakan akan berbeda dengan selama ini, di mana ia hanya pergi dengan kawan-kawannya.

Tangan Hyungwon bergerak untuk menggamit jemari Hyunmi dan meremasnya lembut, walau dengan pandangan yang tak lepas dari jalan raya. “Kalau kau takut, ingatlah bahwa aku ada di sisiku.”

Pipi Hyunmi memanas. Jantungnya berdegup lebih kencang. Perhatian-perhatian kecil yang Hyungwon berikan mampu menghadirkan sensasi kupu-kupu dalam perutnya. Satu sisi, ia takut. Ini adalah perasaan terlarang yang secara moral tak boleh ia rasakan sebagai saudara sedarah. Namun di sisi lain, ia menyukainya.

Suasana taman rekreasi cukup ramai sesampainya pasangan itu di sana. Tak bermaksud berlama-lama sebab langit semakin gelap, Hyungwon langsung mengajak Hyunmi untuk membeli dua tiket roller coaster. Antrian yang ada cukup panjang, membuat keduanya harus menunggu untuk beberapa saat.

Hyunmi kerap mendongakkan kepalanya ke atas, mengamati roller coaster yang bergerak dengan cepat puluhan meter di atasnya, seraya teriakan dan seruan mengusik pendengarannya. Kedua tangannya mencengkram erat pagar pembatas antrian. Ini bukan pertama kalinya untuk Hyunmi mengendarai roller coaster, tetapi mengapa ia tampak gugup? Apakah karena ada Hyungwon di sampingnya?

“Hyunmi-ya ….” Hyungwom menyelipkan sehelai anak rambut Hyunmi yang mencuat di belakang telinga. “Kau takut?”

Hyunmi hanya merespon dengan sebuah gelengan. Kepalanya tertunduk.

“Seandainya kau takut, genggam tanganku dengan erat.” Hyungwon meraih tangan Hyunmi, menggenggamnya kuat, bahkan menyelipkan jemarinya di antara jemari gadis itu. “Seperti ini.”

Gadis Chae itu tersenyum. “Baiklah.”

Hingga tibalah giliran mereka untuk menaiki wahana tersebut. Alat pengaman terpasang. Mesin mulai dinyalakan. Terdengar suara mendecit seraya roller coaster itu mulai berjalan melintasi rel.

Saat roller coaster mulai bergerak dengan cepat melintas suatu turunan tajam, Hyunmi merasa jantungnya seolah terbang. Rasa takut yang menggembirakan mulai menyelimutinya. Ia bagaikan melayang di angkasa, layaknya hendak lepas dari pengamannya.

Tanpa pikir panjang, ia mencengkram tangan Hyungwon erat. Berharap bahwa itu dapat memberinya sedikit rasa aman.

“Jangan ditahan, Hyunmi-ya! Teriakkan saja!”

Benar. Sejak tadi Hyunmi hanya menutup mulut dan memekik dalam diam begitu rasa tegang menguasai. Mungkin itulah yang menyebabkan gadis itu sedikit tersiksa. Mendengar Hyungwon mengusulkan demikian, tak ayal gadis itu membuka mulutnya –

“AAAAAAAAA!!!!!!”

– dan berteriak.

Di sebelahnya, Hyungwon sedang tertawa senang. Bagi pemuda itu, teriakan Hyunmi sangat lucu, dan imut.

***

Tanpa terasa langit telah gelap dan bulan sudah berganti tugas dengan matahari dalam menyinari angkasa. Bintang-bintang pun menampakkan diri, seolah berlomba menjadi yang paling terang. Setelah seharian berkeliling kota untuk menikmati kencan mereka, tibalah saatnya untuk pulang.

Dan di sinilah mereka, di halaman depan kediaman Chae, berdiri sambil menatap satu sama lain. Keduanya masih saling menggenggam tangan, tak ada yang berniat melepas.

Hyungwon menjadi pihak pertama yang memecah keheningan. “Terima kasih, Hyunmi­-ya, karena telah memberikan waktumu seharian ini untukku.”

Hyunmi mengangguk samar. “Terima kasih juga, karena telah membuatku bahagia. Aku tidak akan melupakan hari ini.”

Sang pemuda Chae maju satu langkah, semakin mengikis jarak di antara mereka. Tangannya bergerak meraih tengkuk Hyunmi, bahkan ia mendekatkan wajahnya.

Sadar akan apa yang akan Hyungwon lakukan, Hyunmi mengalihkan wajah, meninggalkan seulas ekspresi terkejut dari si pemuda.

“Mama dan Papa ada di sini,” bisik Hyunmi, mengingatkan.

Ah, benar …

Hyungwon menghela napas. Kenyataan masihlah kenyataan. Mereka tak boleh melupakan fakta bahwa keduanya satu darah. Meski secara perasaan mereka ingin melawan dan hidup selayaknya sepasang kekasih, namun mereka tak boleh mengabaikan respon orang luar yang menganggap cinta mereka terlarang. Bukan mustahil kedua orangtua mereka termasuk dari kategori orang luar tersebut.

Namun, apa daya, Hyungwon tak dapat menahan diri untuk berhenti mencintai Hyunmi. Ia rela melepaskan apa saja, melakukan apa saja, asal bisa bersamanya.

Karena itu, Hyungwon kembali mendekatkan wajahnya, berniat menyentuhkan bibirnya pada permukaan bibir Hyunmi.

Kali ini, gadis itu tidak menolak.

Baik Hyungwon ataupun Hyunmi memejamkan mata saat ranum mereka bersentuhan. Keduanya sama-sama ingin menghentikan waktu, ingin menikmati momen ini selama mungkin. Tangan mereka masih terpaut, tak ada yang ingin melepas.

Berjuta perasaan bermain, membuat hati keduanya serasa ingin meledak.

Ciuman itu bukan ciuman nafsu, namun ciuman yang berarti sayang. Tujuh detik berlalu, dan Hyungwon memutuskan untuk mengakhirinya sebelum Hyunmi kehabisan napas. Meski dalam hati ia tidak rela.

Tak ada yang berani menatap satu sama lain untuk beberapa saat.

“Masuklah,” ujar Hyungwon akhirnya.

Hyunmi mengambil langkah mundur, takut kalau ia tak cepat beranjak maka Hyungwon akan melancarkan aksi yang mungkin lebih berbahaya. “Baiklah,” sahutnya.

Sebelum Hyunmi benar-benar masuk ke rumah, Hyungwon sempat memanggil namanya sekali lagi, untuk memberikan sebuah salam perpisahan.

“Aku mencintaimu, Chae Hyunmi.”

Hyunmi menyunggingkan sebuah senyum. “Aku juga. Aku selalu mencintaimu.”

.

Sekarang… Saat ini saja… Untuk beberapa detik saja… aku ingin bersikap egois. Aku ingin melupakan semua orang, mengabaikan dunia, dan melupakan asal-usul serta latar belakangku. Tanpa beban, tuntutan, atau harapan, aku ingin mengaku. Aku mencintainya.”
–Tatsuya Fujisawa (Autumn in Paris)

-fin-

A/N

KAAY …. Maafkan untuk ff gaje ini astaga ini beneran feel-nya nggak dapet banget pasti ya…. Hahahaa… maafkan juga untuk ke OOC-an Hyunminya ya kaak.. /melipir/

2 thoughts on “[Oneshot] Just One Day

  1. YAAMPUN CHAE TWINS MANIS SEKALI AAAKKKK AYOLAH KALIAN TAK NIKAHIN SEKARANG /dibuang

    Pertama pas hyungwon tetiba di rumah ah sial kan baperrrrr, terus nonton wakaka aku kok bayanginnya si hyunmi diajakin nonton horror terus di dalem keduanya tereak tereak heboh terus kabur /plak/ dan roller coaster aaaaahhh sial pasti seru banget itu duo bocah teriakan huft biar lepas ya mas mba stressnya gapapa gapapa kalian sudah tak retuin kok /ihiq

    DAN DAN DAN PAS PULANG CIUMAN AH SIAL, YUK AH NIKAH AJAAAA SABODO SAMA ORTU GAPAPA KALIAN SUDAH BERJODOH SEJAK DI DALAM KANDUNGAN. BHAY. AKU MAO BERBAPER RIA 😭😂😭😂😭😂😭😂😭😂😭😂😭😂😭😂😭😂

    Like

    • NIKAHIN SANA KAK NIKAHKAN… wakakakak aku juga jadi greget sendiri pas nulisin mereka ini pfft
      IYA BIAR KREATORNYA HYUNMI TAMBAH BAPER JUGA jadi sengaja bkin adegan2 macem gituuu

      makasih udah mampir kaay ❤

      Like

How does it taste?