[Ficlet] Bersama Kayuhan Sepeda

tumblr_olnryzZXem1w0lmsro1_500

BERSAMA KAYUHAN SEPEDA

.

Slice-of-life, Friendship, Childhood || Ficlet || General

.

Starring
Pentagon’s Jinho and a girl

.

Kalau ternyata menjalin pertemanan itu sangat menyenangkan, mengapa ia tak melakukannya dari dulu?

.

© 2017 by Gxchoxpie

.

Specially made to celebrate Jinho’s 26th (Korean age) b’day

.

I own the plot. Credit picture to tumblr

.

== HAPPY READING ==

.

.

.

Sejujurnya, ketika pertama kali pulang ke Korea setelah tujuh tahun tinggal di New York, Amerika Serikat, Jinho tak terlalu berharap akan punya teman yang banyak. Sejatinya Korea adalah kampung halamannya, tempat ia dilahirkan. Namun ketika baru berumur dua tahun ia sudah diboyong ke negeri Paman Sam tersebut, dan hampir tak ada ingatan sedikit pun tentang Seoul dalam dirinya. Jinho bukanlah orang yang mudah beradaptasi, pun mudah menjalin sebuah hubungan yang baru. Jadi, hari-hari pertamanya di Korea hanya diisi dengan mengurung diri di kamar, berharap ia dapat kembali ke New York sesegera mungkin.

Namun kedua orang tua Jinho merasa bahwa terlalu banyak mendekam tidak baik bagi putranya dan menyuruh Jinho untuk keluar rumah, setidaknya untuk menyapa matahari dan menikmati pemandangan sekeliling rumah. Awalnya Jinho menolak, tetapi kedua orang tuanya bersikeras. Hingga akhirnya tercapailah kesepakatan kalau Jinho harus keluar rumah dengan membawa sepedanya.

Bersepeda sudah menjadi hobi Jinho sejak ia tinggal di New York. Hampir setiap sore ia mengendarai sepeda, mengitari kompleks rumahnya, ditemani lukisan jingga di angkasa serta mentari yang beranjak ke peraduan.

Jinho yang memang sama sekali tak berniat untuk menjalin relasi dengan para tetangga selalu menunjukkan muka ketus bin masam setiap kali keliling sepeda sorenya dimulai. Tak pernah satu kali pun ia sapa kerumunan ibu-ibu yang kerap menggosip di ujung jalan. Ia tak mau bergabung dengan anak lelaki lain seusianya yang sering ia lihat bermain bola sepak di lapanga Jinho tak tertarik.

Namun siapa sangka, pendirian akan sikap anti sosialnya yang teguh itu bisa diruntuhkan oleh seorang gadis manis?

Dara cilik itulah yang pertama kali menghampiri Jinho, yang kenetulan sedang beristirahat di bawah pohon akasia. Jinho masih ingat penampilan pertama gadis itu: baju terusan putih serta surai hitam panjang yang terurai, agak berantakan karena tertiup angin. Ia datang sambil menenteng sepeda merah mudanya.

“Bisa ajari aku naik sepeda?” Bahkan gadis itulah yang terlebih dahulu memulai interaksi.

Alis Jinho terangkat sejenak. Gadis cilik itu melanjutkan, “Yah, aku sering melihatmu berkeliling setiap sore dengan sepedamu. Kau terlihat keren!”

Ajaib! Berkat perkataan gadis itu, Jinho mampu mengulas sebuah senyum, mesti tipis.

“Karena itu, maukah kau mengajariku naik sepwda? Agar aku bisa keren juga sepertimu. Papa bilang aku anak yang bodoh karena tak dapat mengendarai sepeda roda dua.”

“Papamu bilang begitu?”

Gadis itu mengangguk.

Jinho menghela napas. “Baiklah. Cepat naik.”

Gadia iti tersenyum lebar. Cepat-cepat ia naik ke sepedanya dan menanti sampai Jinho mai memeganginya.

Uhm … satu hal, bisakah kau tak melepas peganganmu pada sepedaku sampai aku bisa?”

“Mengapa?” Jinho balik bertanya.

“Karena … aku takut ….”

Jinho mendecakkan lidah. Namun pada akhirnya ia pun menuruti permintaan gadis kecil itu.

Selanjutnya, Jinho benar-benar mengajari gadis itu mengendarai sepeda roda dua. Jinho yang selama ini sangat pendiam menjadi banyak berbicara. Ia yang selama ini tanpa ekspresi, jkali ini tertawa ketika gadis itu tertawa, meringis ketika gadis itu terjatuh, dan kata-kata penghiburan dapat keluar dari mulutnya yang selama ini terkunci rapat.

Hingga tepat ketika matahari terbenam, gadis cilik itu sudah mahir dalam mengendarai sepeda. Jinho pun bertepuk tangan puas.

“Terima kasih … “ ujar gadis itu seraya mereka berbaring di rumput taman. Lelah, tapi bahagia.

Jinho tak langsung menjawab. Ia memikirkan sesuatu untuk beberapa saat. Kemudian …

“Siapa namamu?”

Jinho sama sekali tak menyangka bahwa dua frasa itu akan muncul terlebih dahulu dari mulutnya.

Gadis itu tergelak kecil. “Vanya Song. Kau?”

“Cho Jinho.”

“Jinho-ya,” ujar Vanya. “Besok kita bermain sepeda lagi, yuk!”

Jinho menolehkan kepala. “Kita … berteman?”

“Tentu saja!”

Pemuda cilik itu mengulum senyum. Kalau ternyata menjalin pertemanan itu sangat menyenangkan, mengapa ia tak melakukannya dari dulu?

-fin-

4 thoughts on “[Ficlet] Bersama Kayuhan Sepeda

  1. Pemuda cilik itu mengulum senyum. Kalau ternyata menjalin pertemanan itu sangat menyenangkan, mengapa ia tak melakukannya dari dulu?
    > Karena dirimu yang berpikiran buruk tentang ‘pertemanan’ dulu sebelum mencoba, bang XD
    Bukan romance tapi gemesin banget. Sampai-sampai ga sadar bibir ini terluka sebab tergigit kuat :’v

    Like

  2. Aku bukan Jinho stan, TAPI AKU GEMES SAMA DIA HUHUHUHU secara komuknya jinho kan unyu, jadi enak kalo bikin kisah childhood gini. Btw aku juga mau dong diajari main sepeda biar keren :”)

    Wkwkwkwk ini tadi ceritanya aku gabut. Beneran butuh asupan ff pentagon, trus langsung keinget blognya kakce yg pasti menyajikan makanan (?) yg kumaksud /apasih/

    Yaweslah gitu ae. Keep writing kak 😘

    Liked by 1 person

    • jinho tuh paling tua tapi paling unyu justru mukanya hwhwhwh ga ngerti he’s aging backwards ya yerobun mana mini banget lagi dia minta digendong banget hahahahahah
      sana minta diajari main sepeda sama jinho sanaaaa…

      makasih loh udah mampir wkwkwkwk

      Like

How does it taste?