[Vignette] Dear, Diary …

picsart_05-31-12-35-03

DEAR, DIARY …

.

School-life, Fluff, Teenager || Vignette || Teen

.

Starring
Min Yoongi aka BTS’s Suga and a girl

.

“Tidak mungkin diary-ku terbawa olehnya, kan?”

.

© 2017 by Gxchoxpie

.

I only own the plot. Credit poster to ByunHyunji @ Poster Channel

.

== HAPPY READING ==

.

.

.

Diary, that’s all for today. I’ll catch you later with a new story. Annyeong~

Kim Hyera menutup buku hariannya yang bersampul biru muda, lalu mendekapnya di dada. Hyera memang punya kebiasaan menulis buku harian. Hampir setiap hari ia menulis buku hariannya. Macam-macam kisah yang ia ceritakan, mulai dari guru yang menyebalkan, teman yang berkhianat, nilai ulangan yang bagus, hingga cerita tentang namja yang disukainya.

Seorang anak laki-laki berjalan menghampirinya lalu duduk di bangku kosong di sebelah Hyera. Anak lelaki itu menelungkupkan wajahnya di atas meja. Bagian belakang bajunya basah oleh keringat. Pipinya yang putih itu memerah. Nafas lelaki itu terengah-engah.

Hyera mengeluarkan kotak tissue dari dalam tasnya dan menyodorkannya pada anak lelaki itu. “Mau tisu?” tawarnya. Anak lelaki itu hanya mengangkat kepala sedikit, lalu mengambil dua lembar tisu tanpa banyak bicara.

“Dari mana saja kau, Yoongi-ya?” tanya Hyera sambil menyimpan kembali kotak tissuenya. “Kenapa bisa sampai basah berkeringat seperti ini?”

Anak laki-laki yang bernama asli Min Yoongi itu menegakkan tubuhnya. Ia mengelap keringat yang menetes dari dahinya dengan tisu dari Hyera. “Bermain basket,” jawab Yoongi singkat. Ia melempar tisu lembab nan kotor itu ke lantai. “Kim Taehyung sialan itu mengalahkanku.”

Mata Hyera membulat. “Kim Taehyung? Kapten basket sekolah kita? Ya! Tentu saja dia dengan mudah mengalahkanmu.”

Lelaki itu menoleh dan menatapnya dengan pandangan tidak terima. “Ya! Aku juga pernah menjadi tim basket!” bentaknya.

Perkataan Yoongi barusan membuat Hyera tidak bisa berkata apa-apa lagi. Gadis itu hanya terdiam dan mengerjapkan mata beberapa kali sebelum akhirnya menundukkan kepala. Beberapa saat kemudian, Hyera kembali memberanikan diri untuk bertanya, walau dengan suara yang terdengar takut-takut. “Memangnya apa yang sedang kalian pertandingkan? Kau bilang Taehyung mengalahkanmu. Dalam hal apa?”

Yoongi menegak air dari botol minumannya. “Bukan apa-apa. Urusan laki-laki. Kau tidak akan mengerti,” jawabnya sambil mengibaskan tangan.

“Ah, ne … ” sahut Hyera akhirnya tanpa bertanya lebih lanjut, walau sebenarnya gadis itu sangat penasaran. Namun, ia takut kalau-kalau Yoongi akan membentaknya seperti tadi. Jujur saja, bentakan lelaki itu berhasil membuat tangannya gemetar, dadanya terasa sesak, dan jantungnya berdebar tidak karuan. Jadi, Hyera pun memutuskan untuk diam.

“Apa itu?” tanya Yoongi tiba-tiba.

Hyera menoleh. “Huh?”

“Itu ….” Yoongi menunjuk buku yang ada dalam dekapan Hyera. “Buku apa itu? Sejak tadi aku perhatikan kau terus-menerus mendekapnya.”

Bibir Hyera menyunggingkan seulas senyum begitu mendengar perkataan Yoongi. Gadis itu menundukkan kepalanya sejenak untuk menyembunyikan senyumnya serta pipinya yang sudah bisa ia pastikan telah memerah. Setelah merasa berhasil mengendalikan perasaannya, Hyera mengangkat kembali wajahnya. “Ah, ini ….” Gadis itu meletakkan buku hariannya di atas meja. “Bukan apa-apa.”

“Aku lihat, ya!” Dalam gerakan cepat Yoongi mengambil buku bersampul biru itu dan hendak membukanya, tetapi ia kalah cepat dengan tangan Hyera yang berhasil merebut buku itu kembali.

Andwae,” tukas Hyera sambil menepuk-nepuk bukunya seolah membersihkan debu yang menempel di sana.

“Kenapa?” tanya Yoongi balik. Ia menatap buku itu, lalu menatap Hyera. Gadis itu hanya menggeleng dan kembali mendekap buku tersebut erat-erat.

“Itu buku harianmu?” tebak lelaki itu. Kali ini Hyera mengangguk. “Ah … I see …” ujar Yoongi.

“Karena itu tidak ada yang boleh menyentuh apalagi membuka dan membaca buku ini selain aku.” Hyera menatap Yoongi lurus-lurus. “Ber. Ba. Ha. Ya.”

Lelaki itu mengangguk. “Arasseo ….”

Hyera tersenyum. “Baguslah kalau begitu. Oh, Park seonsaengnim sudah datang.” Hyera meletakkan buku hariannya di atas mejanya yang jauh dari jangkauan Yoongi. “Kau sudah mengerjakan tugasnya, belum? Tugas matematika dari buku paket itu. Belum? Sama, aku juga.”

***

Hyera membongkar tas ransel ungunya untuk yang keempat kalinya. Gadis itu memeriksa setiap kantong di tas ranselnya, bahkan kantong terkecil sekalipun. Tetap saja hasilnya sama. Buku harinanya tidak terlihat.

Hyera mencoba melongok ke bagian bawah tempat tidurnya, kalau-kalau buku harian itu jatuh ke bawah tempat tidur. Tetapi meskipun Hyera telah menyinari bagian bawah tempat tidurnya dengan senter, buku bersampul biru muda itu tetap saja tidak terlihat. Hyera membongkar loker buku serta laci meja belajarnya sebab gadis itu berpikir bisa saja buku hariannya terselip atau tertimpa buku-buku lain. Tetapi setelah gadis itu membongkarnya, ia tetap tidak menemukan buku hariannya. Yang ada hanyalah kamarnya yang sekarang terlihat berantakan dengan buku-buku pelajaran yang berserakan di lantai.

Gadis itu menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Aish, dimana buku itu? batin Hyera. Gadis itu lalu duduk di tempat tidurnya. Ia berusaha mengingat-ingat apa saja yang seharian ini ia lakukan dengan buku hariannya tersebut.

Hari ini ia sempat menulis buku harian di kantin sekolah. Setelah itu tiba-tiba terdengar suara alarm pelatihan evakuasi bencana alam dan gadis itu cepat-cepat berlari ke kelasnya, meletakkan buku hariannya di atas mejanya, lalu bergegas berkumpul di halaman depan sekolahnya seperti yang telah dijelaskan oleh kepala sekolah dua bulan yang lalu. Setelah itu ia pergi ke laboratorium kimia untuk mengikuti pelajaran praktikum kimia. Setelah beres praktikum, ia segera pulang.

“Mungkinkah ….” Hyera memegangi kepalanya. Ia mendadak teringat teman sebangkunya. “Buku harianku ada pada Yoongi?”

Gadis itu menggelengkan kepala kuat-kuat. “Tidak. Tidak mungkin. Yoongi tidak akan mungkin tertarik pada buku harianku. Sampulnya saja sudah terlihat sangat feminim.” Tetapi kemudian Hyera teringat bagaimana Yoongi berusaha melihat isi buku hariannya. Mengingat itu, Hyera pun menggigit bibir.

Akhirnya, Hyera hanya bisa mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. “Aish! Aku bisa gila!” ujarnya kesal.

***

Yoongi mengeluarkan semua buku-buku dari tas ranselnya dan meletakkannya di atas meja belajar. Ia hendak menyusun buku pelajaran untuk besok hari. Namun, ia sedikit heran ketika ia mengeluarkan sebuah buku hard cover sampul biru. Seingatnya, ia tidak punya buku yang seperti itu. Yoongi membolak-balik buku tersebut, mencoba mengingat dimana ia pernah melihat buku itu sebelumnya karena rasanya buku itu terlihat familiar. Kemudian bayangan Hyera yang mendekap buku itu erat-erat muncul di benaknya.

“Ah, jadi ini buku harian milik Hyera … ” gumam Yoongi yang lalu meletakkan buku itu kembali di atas meja belajar. Lelaki itu akhirnya kembali pada kegiatan awalnya menyusun buku.

Tetapi, tetap saja rasa penasaran terus-menerus menggelitiknya. Yoongi tahu bahwa buku itu merupakan privasi Hyera dan ia tidak berhak untuk membukanya, apalagi sampai membaca isinya. Namun, pada akhirnya Yoongi memutuskan untuk melihat-lihat sedikit isi buku harian tersebut. Lagipula gadis itu tidak akan tahu, batin Yoongi.

Lelaki itu merebahkan dirinya di atas kasur. “Bagaimana bisa buku ini terbawa olehku?” gumam Yoongi. Lelaki itu mulai membuka halaman depan buku di tangannya, dan mulai membacanya, halaman demi halaman.

2013.09.14

Lee seonsaengnim yang menyebalkan! Aku hanya tidak mengerjakan tugas satu kali, kenapa harus sampai dikeluarkan dari kelas? Bukankah selama ini nilai ulangan fisikaku bagus-bagus?

 

Yoongi tersenyum membaca tulisan itu. Ia ingat hari dimana Hyera dikeluarkan dari kelas karena tidak membuat tugas fisika. Ketika jam pelajaran fisika berakhir, gadis itu masuk ke kelas dengan muka kusut. Kemudian ia bersungut-sungut mengomeli Mrs. Lee dan menceritakan bahwa malam hari sebelumnya ia menonton drama sampai larut malam hingga ia lupa mengerjakan tugas.

2013.10.21

Yoongi baik sekali hari ini. Dia memberitahuku jawaban saat guru Kim menanyakan soal tentang amilum. Oh, dia juga membantuku menyelesaikan praktikum biologiku.

 

2013.10.26

Ponsel baru dari eomma! Terima kasih eomma… Aku janji aku tidak akan terlalu banyak bermain handphone…

 

2013.11.15

Hari ini aku melihat Yoongi bermain basket. Ia terlihat keren! Apalagi ketika ia melakukan lemparan three point. Yoongi-ya.. kau keren sekali!

 

2013.11.24

Aku benci hujan, apalagi saat tidak membawa payung. Rambut jadi lepek dan udara terasa sangat dingin. Tapi untungnya Yoongi membawa payung, dan bahkan ia mengantarkanku sampai ke rumah.
PS : Terima kasih untuk ramen traktiranmu

 

Yoongi teringat ketika hari hujan itu. Hyera hanya berdiri di halte bis dekat sekolah, dengan wajah cemberut menunggu hujan berhenti. Melihat itu, Yoongi memutuskan untuk menghampiri gadis itu dan mengajaknya pulang bersama. Keduanya berjalan bersama menerobos hujan di bawah payung biru Yoongi. Mereka sempat berhenti sejenak di minimarket dekat rumah Hyera karena hujan yang makin deras dan perut Yoongi yang kelaparan. Mereka berdua menikmati mie kari instan sambil menunggu hujan mereda.

2014.01.08

Tadinya aku pikir aku sudah gila. Kenapa jantungku selalu berdebar begitu melihatnya tersenyum? Kenapa aku selalu terpana setiap melihatnya main basket? Kenapa aku selalu cemburu ketika ia bercengkrama dengan gadis lain?
Apakah aku jatuh cinta pada Yoongi?

 

Yoongi terpekur begitu membaca tulisan terakhir itu. Ia mencoba mengingat-ingat tingkah teman sebangkunya tersebut. Tidak ada yang aneh dari Hyera. Gadis itu masihlah gadis cerewet yang membenci pelajaran matematika. Oh, memang akhir-akhir ini gadis itu sering menundukkan kepalanya dan diam-diam tersenyum. Mungkin gadis itu tidak menyadarinya, tetapi Yoongi memperhatikannya.

Lelaki itu bangkit dari posisi berbaringnya. Ia menyalakan lampu belajar, mengambil pensil, dan bibirnya menyunggingkan seulas senyum seraya tangannya bergerak menulis sesuatu.

***

Pagi ini Hyera dikejutkan dengan keberadaan buku hariannya di kelas. Buku hariannya tergeletak begitu saja di mejanya. Padahal ia telah mengira buku tersebut hilang. Hyera cepat-cepat mengambil buku bersampul biru itu dan mendekapnya erat-erat.

“Kau kemana saja?” Hyera bertanya pada buku hariannya. “Aku mencarimu kemana-mana, kau tahu? Kau menginap dimana dua hari ini? Apakah kau merindukanku?” tanya gadis itu lebih lanjut sambil mengelus-elus buku hariannya. “Tidak ada yang membuka-buka dirimu, kan?”

Saat istirahat, Hyera berniat untuk menulis buku hariannya kembali. Namun, gadis itu terkejut begitu mendapati tulisan dari pensil di salah satu halaman kosong buku hariannya.

                Aku juga menyukaimu, Hyera-ya…. (MYG)

 

Hyera cepat-cepat menutup bukunya begitu membaca tulisan tersebut. Mata gadis itu membulat. Jantungnya berdebar begitu cepat. Pipinya memanas. Sementara otaknya berpikir keras.

“Buku harianku ada pada Yoongi?” ujar Hyera pada dirinya sendiri. “Tidak mungkin! Bagaimana bisa? Aish ….”

Gadis itu mengacak-acak rambutnya sendiri dengan frustrasi. Bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, hal pertama yang terlintas di benaknya adalah menemui Yoongi dan berbicara pada lelaki itu, sesegera mungkin. Ia harus meluruskan ini semua. Hyera mengambil ponselnya, menekan layarnya beberapa kali, lalu mendekatkannya ke telinga.

Ya! Kau berada di mana sekarang?!” sembur Hyera langsung begitu telepon diangkat.

Hyera segera menuju atap sekolah begitu mengetahui bahwa Yoongi berada di sana. Yoongi sedang melihat-lihat pemandangan begitu Hyera sampai di atap sekolah.

Ya! Min Yoongi!” seru Hyera, mengabaikan napasnya yang terengah-engah.

Lelaki berkulit putih itu menoleh. “Oh, kau disini. Ada apa, Hyera-ya?”

Gadis itu cepat-cepat mengacungkan buku hariannya. “Buku ini terbawa olehmu?” tanyanya sambil menatap mata Yoongi lurus-lurus.

Yoongi melihat buku itu sekilas, lalu mengangguk.

“Kau membukanya? Membacanya?”

Lagi-lagi Yoongi mengangguk.

Rasa kesal bercampur malu sekonyong-konyong menghampiri Hyera. Ia memejamkan mata sejenak sementara mulutnya meringis kesal dan ia merutuk dalam hati. Beberapa saat kemudian gadis itu berujar, “Dengar, Min Yoongi-ssi. Kau tentu telah membaca seluruh isi buku harianku, termasuk bagian bodoh dimana aku menulis tentang aku menyukaimu dan sebagainya. Aku berharap bahwa kau cukup bijak untuk melupakan semua tulisan tidak masuk akal itu dan beranggapan bahwa tidak terjadi apa-apa. Dan apa maksudmu dengan kau juga menyukaiku?” Hyera membuka halaman tempat tulisan Yoongi lalu mengacungkannya tepat di hadapan mata lelaki itu. “Lihat? Kalau kau hanya bermaksud main-main, kumohon untuk tidak melakukannya karena itu hanya akan – “

Kata-kata Hyera terpotong begitu tangan Yoongi tiba-tiba menangkup pipinya dan mengecup bibirnya singkat. Hyera hanya bisa terpaku dengan mata terbelalak sementara Yoongi menarik kembali wajahnya dan tersenyum ke arahnya.

“Kau pikir perasaanku ini hanya main-main?”

Hyera mengerjap beberapa kali. “Huh?”

“Kau pikir perasaanku ini hanya main-main?” tanya Yoongi lagi. Lelaki itu menerawang sejenak. “Jujur saja, aku merasa bersyukur karena aku sempat melihat isi buku harianmu itu, yang secara tidak langsung memberitahuku bahwa kau juga mempunyai rasa yang sama, bahwa bukan hanya aku saja yang merasakan perasaan ini sendirian.”

Hyera menatap Yoongi tidak mengerti.

Lelaki itu mengacak-acak poninya sejenak. “Aigoo … kau masih tidak paham juga?” Yoongi menarik kembali tangannya dan menatap Hyera lembut. “Aku juga menyukaimu, Hyera-ya.”

Gadis itu hanya bisa tertunduk sambil mengulum senyum. Jarinya menyentuh bibirnya yang beberapa saat lalu dikecup oleh Yoongi. Pipinya memanas, dan sudah bisa dipastikan memerah.

Yoongi memasukkan tangan ke dalam saku celana. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengucapkan kalimat yang selama ini ingin sekali ia ucapkan.

“Kim Hyera, maukah kau menjadi kekasihku?”

 

-fin-

One thought on “[Vignette] Dear, Diary …

How does it taste?