Only U

.

Slice-of-life / 500++ words / General

Starring
[TWICE] Son Chaeyoung, [ASTRO} Cha Eunwoo

© 2018 by graesthetic

.

== HAPPY READING ==

.

.

.

“Hei, Son Chaeng!”

Ketika seruan tersebut memasuki indra pendengarannya, aktivitas Son Chaeyoung otomatis terhenti. Sesaat kemudian sebuah ringisan pelan lolos dari mulutnya. Gadis itu merutuk dalam hati, menyayangkan mengapa Cha Eunwoo—ketua tim menyebalkan sekaligus satu-satunya orang yang memanggil Chaeyoung dengan panggilan demikian—harus datang pagi-pagi benar dan merusak tatanan suasana hati Chaeyoung.

Sang gadis menarik napas dalam untuk beberapa saat, sebelum akhirnya berbalik ke arah Eunwoo sambil memasang raut wajah tidak terjadi apa-apa. “Oh, ketua tim Cha. Sudah datang?”

“Mmm-hmm,” balas Eunwoo dengan senyuman—senyuman yang bisa dipastikan akan memikat siapapun yang melihatnya. “Laporan pertanggungjawaban proyek sudah kau selesaikan?”

Chaeyoung yang memang memiliki jabatan sebagai sekretaris sekaligus asisten pimpinan tim proyek pun mengangguk. “Sudah. Dan juga telah kuletakkan di mejamu. Kau hanya perlu menandatanganinya.”

“Bagus,” ujar Eunwoo. “Omong-omong, Chaeng, bagaimana kencanmu semalam?”

Lagi-lagi Chaeyoung meringis dan hatinya merutuk. Ia sudah menerka Eunwoo akan bertanya demikian. Asal tahu saja, kemarin ketua timnya ini memperkenalkannya pada seorang lelaki—kalau tidak salah namanya Park Minhyuk—yang adalah salah satu kawan lamanya, dan meminta Chaeyoung untuk melakukan ‘kencan buta’.

Dan perlu diketahui, ini bukan pertama kalinya Eunwoo meminta Chaeyoung untuk melakukan kencan buta dengan kenalan-kenalannya yang lain. Entah ini bentuk kepedulian pemuda Cha itu sebagai ketua tim atau apa, yang pasti Eunwoo selalu gencar mengenalkan Chaeyoung pada pemuda-pemuda kenalannya yang ia anggap ‘baik’.

Alasannya? Eunwoo prihatin pada Chaeyoung yang sudah menginjak kepala dua tetapi belum pernah sekali pun berpacaran. Eunwoo gemas pada Chaeyoung yang terlihat baik-baik saja meski belum menggandeng seorang kekasih. Sementara Chaeyoung hanya geleng-geleng kepala menanggapi jalan pikir ketua timnya. Ya, Chaeyoung memang sudah cukup berumur, tetapi apakah itu harus dijadikan sebagai tolak ukur seseorang memiliki pacar atau tidak?

“Lumayan,” jawab Chaeyoung menanggapi pertanyaan Eunwoo. Tahu benar bahwa pemuda itu tak akan puas dengan jawaban satu katanya, Chaeyoung pun melanjutkan, “Kami menonton film, lalu makan malam bersama. Kami sempat berkeliling sejenak di pusat perbelanjaan, dan ia membelikanku sebotol eau de toilette. Setelahnya, ia mengantarku pulang.”

Eunwoo menjetikkan jarinya dengan wajah berseri-seri. “I knew it! Sudah kukatakan padamu, kan, Chaeng? Dia adalah pria yang baik! Bagaimana, kau terkesan, kan, dengan pilihanku kali ini?”

“Well ….“ Chaeyoung mengangguk samar. “Dia memang baik, sih. Tapi, dia bukan tipeku.”

“Aduh ….” Kali ini gantian Eunwoo yang meringis. Bedanya, dengan suara yang keras. Pemuda itu mengusap surai hitamnya keras, akibat sedikit kesal. “Memangnya tipemu seperti apa, sih, Son Chaeng? Sepertinya susah sekali menemukan pria yang sesuai dengan standarmu. Mencari kekasih itu jangan yang betul-betul sempurna, kau tak akan mendapatkannya. Ingat, kesempurnaan hanya milik Tuhan.”

“Tipe idealku tidak sulit, kok,” celetuk Chaeyoung. “Bahkan, aku sudah menemukannya. Di sini.”

“Di sini?” ulang Eunwoo. “Di kantor kita?”

“Mmm-hmm.”

“Siapa?”

“Dirimu.”

“Eh? Siapa? Aku?” Eunwoo mengerjap, tak menyangka dirinyalah yang dimaksud Chaeyoung sebagai tipe ideal gadis itu.

Chaeyoung mengangkat kepala, menyejajarkan pandangan dengan pemuda yang berdiri beberapa meter di hadapannya tersebut. “Ya, kau tidak salah dengar, Cha Eunwoo. Dan aku juga tidak salah ucap. Kau adalah tipe idealku. Jadi, kurasa kau boleh berhenti mempertemukanku dengan pria-pria kenalanmu kalau pada akhirnya tak ada yang berhasil menyesuaikan diri dengan tipe pria idealku.”

Tangan Eunwoo bergerak untuk menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. “Well, kalau begitu … kurasa tak ada salahnya malam ini kau berkencan denganku. Sepulang kerja nanti, kita makan malam bersama. Bagaimana?”

Kedua sudut bibir Chaeyoung tertarik ke atas, mengukir sebuah senyuman manis. “Call.”

 

-fin-

A/N

Kenyataannya, kalau cewek yang mau “mulai duluan” tuh tidak semudah itu Esmeraldaaaaa~~~

Hahahaha …. Maafkan ficku yang gaje dan author notes yang lebih gaje ini 😀 Kepikiran ide nulis pas lagi di tempat keramat (re: kamar mandi) dan kangen kambekin Chaengwoo jadi begini deh hasilnya 😀

Mind to review? 🙂