Come Here, Hug Me

4f2a1fd10e6e4fc8c062e5ba225cbb77

[Hwang Minhyun x Lee Darlene]

“Diamlah, Hwang. Kau tahu apa tentangku.”

© 2019 by graesthetic

.

Bau rumah sakit yang menusuk masih setia menemani Darlene yang tengah duduk di salah satu bangku ruang tunggu pasien operasi. Ruangan itu terasa sangat luas, kosong, dan dingin, lantaran hanya gadis itu lah satu-satunya yang menempati ruang tunggu tersebut. Kalau bukan karena kejadian yang menimpa Lee Daehwi—saudara jauhnya yang ia angkat sebagai adik—dan menyebabkan pemuda itu harus masuk ruang operasi malam ini juga, Darlene pasti sudah berada di rumah sejak tadi.

Jarum jam di dinding ruangan tersebut menunjukkan pukul sebelas malam. Sudah satu jam sejak operasi di mulai. Lampu merah di atas pintu ruang operasi masih menyala—tanda bahwa tindakan bedah masih berlangsung. Belum ada satu tenaga medis yang keluar untuk mengabarkan kondisi terbaru dari Daehwi.

Darlene mendesah, seraya membungkukkan badan dan menelungkupkan wajah di atas lututnya. Pikirannya kalut, mencoba menepis semua kemungkinan terburuk yang terjadi pada Daehwi. Berkali-kali Darlene harus meyakinkan diri sendiri bahwa pemuda yang telah Ia anggap sebagai adik laki-lakinya itu dalam keadaan baik-baik saja.

“Lee Darlene!”

Suara yang menggaung di ruangan tersebut membuat gadis Lee itu mengangkat kepala. Obsidiannya menangkap sosok seorang pemuda yang tergopoh-gopoh menghampirinya. Darlene memicingkan mata, berusaha memperjelas pandangannya. Terkejutlah ia ketika mengetahui bahwa sosok yang kini berjarak beberapa meter darinya itu adalah Hwang Minhyun, kakak kelasnya.

Darlene spontan bangkit berdiri.

“Ada apa kau kemari?” adalah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Darlene saat Minhyun berhenti tepat di hadapannya.

“Ada apa datang kemari, sunbae,” koreksi Minhyun. “Kau tetap harus ingat bahwa aku ini seniormu.”

Darlene hanya menghela napas dan menunduk. Ia sedang tidak punya tenaga untuk berdebat saat ini.

Melihat gadis di hadapannya hanya diam saja, Minhyun pun berucap. “Kudengar adikmu mengalami kecelakaan dan dilarikan ke rumah sakit ini. Bagaimana keadaannya? Apakah sangat parah?”

“Operasi sudah berlangsung lebih dari satu jam, dan sampai sekarang masih belum ada kabar terbaru,” jawab Darlene datar.

Minhyun meminta Darlene untuk duduk, dan gadis itu kembali menelungkupkan wajahnya di atas lutut. Kembali tenggelam dalam pikirannya yang kemelut. Ia sampai tak menyadari tatapan sendu yang Minhyun arahkan padanya.

“Lyn-a ….”

“ … “

“Kau … baik-baik saja?” tanya Minhyun hati-hati.

Darlene menegakkan kembali punggungnya kemudian menyisir rambutnya dengan jari ke belakang. “Sejujurnya, tidak. Aku tidak tahu apa yang kurasakan. Semuanya terjadi terlalu cepat. Aku mendapat telepon kalau Daehwi mengalami kecelakaan dan sudah dilarikan ke rumah sakit, lalu ketika aku sampai tahu-tahu aku harus menandatangani persetujuan tindakan operasi, dan sampai sekarang belum ada kabar tentang dirinya.” Gadis itu memejamkan mata dan menghelan napas. “Bahkan, sampai sekarang aku masih belum sadar akan apa yang sebenarnya terjadi.”

Minhyun mengangguk samar. “Aku mengerti.”

Kembali hening. Darlene kembali larut dalam pikirannya, sementara Minhyun seakan ragu terhadap apa yang harus ia katakan untuk melanjutkan percakapan. Ia tak yakin adik kelasnya ini sedang dalam mood yang baik untuk diajak berbincang-bincang lama.

Baik Minhyun maupun Darlene secara ganti-gantian melirik lampu tanda operasi berlangsung dengan perasaan harap-harap cemas.

Agak tidak nyaman dengan keheningan menyesakkan yang sudah melingkupi cukup lama, Minhyun pun mengeluarkan sekaleng kopi dari dalam tasnya, lalu menyerahkannya pada Darlene. Pemuda itu teringat ia masih mempunyai kopi yang ia beli tadi siang di kampus dan belum meminumnya.

Darlene menerimanya dengan tatapan kosong.

“Aku takut … “ lirih Darlene seraya jemarinya membuka kaleng kopi tersebut.

Minhyun kembali mengarahkan tatapan padanya. “Kenapa?”

“Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Daehwi? Bagaimana … bagaimana kalau dia tidak bisa bertahan? Bagaimana kalau dia ternyata—“

“Berhenti,” potong Minhyun sambil menggenggam tangan Darlene. Tatapan lembut diarahkannya pada gadis itu. “Daehwi akan bertahan. Dia kuat, seperti kakaknya.”

“Diamlah, Hwang. Kau tahu apa tentangku,” balas Darlene, lantas menarik tangannya dari genggaman Minhyun dan menenggak kopinya dua teguk.

Kali ini Minhyun tak ingin mempermasalahkan tentang cara Darlene memanggilnya, meski gadis itu berstatus adik kelasnya. Minhyun tak ingin menambah buruk perasaan Darlene dengan hal-hal sepele seperti itu.

“Daehwi baik-baik saja. Kau hanya perlu menunggu dan memanjatkan banyak doa. Percaya padaku, tak ada hal buruk yang akan terjadi pada Daehwi,” tegas Minhyun. Ia benar-benar ingin meyakinkan gadis lawan bicaranya. “Aku juga akan berdoa untuknya,” tambah pemuda Hwang itu.

Kendati perasaannya masih bergejolak, tetapi Darlene yang memang sudah lelah secara fisik dan batin memutuskan untuk tidak membantah. Kepalanya mengangguk pelan.

Tak lama kemudian, pintu ruang operasi terbuka dan salah satu perawat keluar menghampiri mereka. Darlene dan Minhyun sontak bangkit berdiri dan menyambut kedatangan perawat itu dengan raut harap-harap cemas.

“Wali dari pasien Lee Daehwi?”

Darlene mengangguk cepat.

“Operasi telah selesai. Semuanya berjalan lancar. Pasien memang belum sadar, tetapi keadaan vitalnya sudah stabil dan sudah bisa ditemui,” jelas perawat tersebut, yang setelahnya meminta izin untuk kembali masuk ke dalam.

Saat itulah Darlene baru bisa menghembuskan napas lega—tanpa ia sadari sejak tadi ia menahan napas. Kedua telapak tangannya terarah menutupi wajahnya, seraya ia merasakan kegundahannya menguap perlahan. Minhyun memberikan dua tepukan pelan di pundaknya.

“Benar, kan, apa kubilang? Daehwi baik-baik saja,” celetuk Minhyun.

Darlene mengangguk. “Terima kasih, karena sudah mengkhawatirkan adikku. Juga diriku.”

Kedua sudut bibir Minhyun terangkat. “Bukan masalah. Yuk, kita temui adikmu. Pasti ia sudah menunggumu.”

-fin-

A/N

  • Tadinya mau bikin ff Minhyun-Lyn tuh dengan ide lain tapi yg keeksekusi malah ide ini
  • Ya udah yang penting Lyn debut. Welcome to the club, Lyn-a!
  • Plus rasanya ingin punya kakak kelas cowok yang baik n gantengnya ga manusiawi macem Hwang Minhyun HAHAHAHAHA

2 thoughts on “Come Here, Hug Me

  1. hngggggg asliii aku baperrrr baca cerita ini T.T
    bikin jadi mikir, ini bisa nggak siiih aku juga punya senior yang ganteng dan perhatian kayak minhyun? wkwkwkwk kayaknya kalo aku punya pasti banyak yang syirik huh dasar manusia /lah?/

    lyn pokoknya kamu jagain baik2 dedek daehwi-nya. nanti kecelakaan lagi 😦 bandel deh daehwiii hmmmm minta dipeluk aja /ini komen aku kenapa random begini?????/

    ohiya, Gece, aku ada sedikiiiiit koreksi di cerita ini. gak apa2 ya kita saling berbagi aja. mueheheh

    buat penulisan ini; “Aku takut … “ lirih Darlene seraya jemarinya membuka kaleng kopi tersebut. || seharusnya; “Aku takut …, “ lirih Darlene seraya jemarinya membuka kaleng kopi tersebut.

    soalnya ini merupakan suatu dialog tag dengan kata ‘lirih’ di akhir percakapan. itu aja siiiih selebihnya kereeeen! gece emang dabesssst kalo udah nulis yang fluffy-fluffy sama ringan gini x))))

    keep writing, Gece ❤

    Liked by 1 person

    • kalo ada beneran senior macem minhyun ya kak so pasti saingan kita sbg kaum hawa banyak wkwkwkwkkwkw

      waaaa.. makasih kak ikhsan utk koreksinya, aku jd belajar informasi baru niiihh… heeheheh kakak juga bagus2 ah fic nyaaaa…

      makasih kak udah mampir ❤ ❤

      Liked by 1 person

How does it taste?